FAKTA
SOSIAL ( EMILE DURKHEIM )
Fakta sosial yang
dikemukakan oleh Emile Durkheim ini mencoba menjelaskan upaya untuk memahami
masyarakat itu berinteraksi dan bekerja dalam masyarakat. Atau lebih kepada
menjelaskan fenomena sosial dengan cara menjelaskan “fakta-fakta dunia fisik
dengan menggunakan hukum-hukum ilmu alam yang terus berkembang” (Bramson
1996:185)

Dalam artian fakta
sosial ini lah yang menjadi dasar manusia bertindak, berfikir, bahkan sampai
pada tahap merasa individu. Semua yang dianggap ini adalah fakta sosial karena
dia terbentuk dari lingkungan eksternal individu. Artinya sejak manusia lahir
dia telah dibentuk oleh lingkungan sosial dimana ia di didik dan diharusi untuk
mengikuti aturan main yang berlaku pada lingkungan sekitarnya itu, atau boleh
dikata kebebasan manusia kecil ini sama sekali tidak ada subjektifitas dalam
dirinya karena dia sama sekali tak bisa melepaskan diri dari aturan
tersebut. Artinya, fakta sosial
mempunyai kekuatan untuk memaksa individu untuk melepaskan kemauannya sendiri
sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semua fakta social.
Selain itu, fakta sosial memiliki 3
sifat yaitu: eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion).
1. Eksternal
Eksternal
artinya fakta tersebut berada diluar pertimbangan-pertimbangan seseorang dan
telah ada begitu saja jauh sebelum manusia ada didunia.
2. Koersif (Memaksa)
Fakta
ini memeliki kekuatan untuk menekan dan memaksa individu menerima dan
melaksanakannya. Dalam fakta sosial sangat nyata sekali bahwa individu itu
dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong dengan cara tertentu yan dipengaruhi
oleh berbagai tipe fakta sosial dalam lingkungan sosialnya. Artinya,
fakta sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa individu untuk melepaskan
kemauannya sendiri sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh semua fakta
social.
3. Menyebar/umum (General)
Fakta
sosial itu bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat.
Dengan kata lain, fakta sosial ini merupakan milik bersama, bukan sifat
individu perseorangan.
Dari
karakteristik di atas bisa kita katakan bahwa fakta sosial ini menagarahkan
kita pada sesuatu yang ada diluar individu yang sifatnya memaksa kita seperti
norma
yang berlaku. Dengan perkataan lain, fakta sosial seperti tindakan individu
dalam melakukan hubungan dengan anggota masyarakat lain yang berpedoman dengan
norma-norma dan adat istiadat seseorang sehingga ia melakukan hubungan-hubungan
terpola dengan anggota masyarakat lain.
Fakta sosial ini menurut
Durkheim terdiri atas dua macam :
1. Dalam bentuk material : Yaitu barang
sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial inilah
yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma hukum.
2. Dalam bentuk non-material :
Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta ini bersifat inter
subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia, sebagai contao
egoisme, altruisme, dan opini.
Jenis-jenis
fakta sosial nonmaterial:
1.
Moralitas
Perspektif Durkheim tentang moralitas
terdiri dari dua aspek. Pertama, Durkheim yakin bahwa moralitas adalah fakta
sosial, dengan kata lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, karena ia
berada di luar individu, ia memaksa individu, dan bisa dijelaskan dengan
fakta-fakta sosial lain. Artinya, moralitas bukanlah sesuatu yang bisa
dipikirkan secara filosofis, namun sesuatu yang mesti dipelajari sebagai
fenomena empiris. Kedua, Durkheim dianggap sebagai sosiolog moralitas karena
studinya didorong oleh kepeduliannya kepada “kesehatan” moral masyarakat
modern.
2. Kesadaran Kolektif
Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai
berikut; “seluruh kepercayaan dan perasaan bersama orang kebanyakan dalam
sebuah masyarakat akan membentuk suatu sistem yang tetap yang punya kehidupan
sendiri, kita boleh menyebutnya dengan kesadaran kolektif atau kesadaran umum.
Dengan demikian, dia tidak sama dengan kesadaran partikular,
kendati hanya bisa
disadari lewat kesadaran-kesadaran partikular”. Ada beberapa hal yang patut dicatat dari definisi ini.
Pertama, kesadaran kolektif terdapat dalam kehidupan sebuah masyarakat ketika
dia menyebut “keseluruhan” kepercayaan dan sentimen bersama. Kedua, Durkheim
memahami kesadaran kolektif sebagai sesuatu terlepas dari dan mampu menciptakan
fakta sosial yang lain. Kesadaran kolektif bukan hanya sekedar cerminan dari
basis material sebagaimana yang dikemukakan Marx. Ketiga, kesadaran kolektif
baru bisa “terwujud” melalui kesadaran-kesadaran individual.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama, lebih dari masyarakat modern.
Kesadaran kolektif merujuk pada struktur umum pengertian, norma, dan kepercayaan bersama. Oleh karena itu dia adalah konsep yang sangat terbuka dan tidak tetap. Durkheim menggunakan konsep ini untuk menyatakan bahwa masyarakat “primitif” memiliki kesadaran kolektif yang kuat, yaitu pengertian, norma, dan kepercayaan bersama, lebih dari masyarakat modern.
3. Representasi Kolektif
Contoh representasi kolektif adalah simbol agama, mitos,
dan legenda populer. Semuanya mempresentasikan kepercayaan, norma, dan nilai
kolektif, dan mendorong kita untuk menyesuaikan diridengan klaim kolektif.
Representasi kolektif juga tidak bisa direduksi kepada
individu-individu, karena ia muncul dari interaksi sosial, dan hanya bisa
dipelajari secara langsung karena cenderung berhubungan dengan simbol material
seperti isyarat, ikon, dan gambar atau berhubungan dengan praktik seperti
ritual.
4. Arus Sosial
4. Arus Sosial
Menurut Durkheim, arus sosial merupakan fakta sosial yang
tidak menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas. Durkheim mencontohkan dengan “luapan semangat, amarah. Dan rasa
kasihan” yang terbentuk dalam kumpulan publik.
5. Pikiran Kelompok
Durkheim menyatakan bahwa pikiran kolektif sebenarnya
adalah kumpulan pikiran individu. Akan tetapi pikiran individual tidak secara
mekanis saling bersinggungan dan tertutup satu sama lain. Pikiran-pikiran
individual terus-menerus berinteraksi melalui pertukaran simbol: mereka
megelompokkan diri berdasarkan hubungan alami mereka, mereka menyusun dan
mengatur diri mereka sendiri. Dalam hal ini terbentuklah suatu hal baru yang
murni bersifat psikologis, hal yang tak ada bandingannya di dunia biasa.
Perbedaan fakta sosial
dengan fakta individu
1. Fakta sosial
Fakta
sosial adalah perbuatan-perbuatan yang ada diluar individu secara
terpisah, umum, dan memaksa karena fakta itu tidak dapat terlepas dari
individu-individu secara bersama-sama serta memaksakan individu berbuat sesuai
dengan keadaan masyarakatnya. Jadi fakta sosial tidak menyatu dengan
individu-individu secara utuh tetapi juga tidak bisa lepas dari individu-individu
tersebut. Inti dari fakta sosial ini yaitu adanya tindakan yang dilakukan
disebabkkan karena adanya pola dalam hubungan sosial itu sendiri.
2. Fakta individu
Sedangkan
fakta individu , sering disebut sebagai fakta organis atau fakta psikis. Fakta
organis ini merupakan tindakan yang dilakukan dengan didasari kesadaran
individu itu sendiri. sehingga tidak ada bentuk intervensi dari luar yang
memaksa seseorang untuk melakukan tindakan tersebut karena tidak memerlukan
sebuah pola dalam sistem sosial.
Menurut
Emile Durkheim, fakta sosial tidak dapat direduksi menjadi fakta individu,
karena ia memiliki eksistensi yang independen ditengah-tengah masyarakat. Fakta
sosial sesungguhnya suatu kumpulan dari fakta-fakta individu akan tetapi
kemudian diungkapkan dalam suatu realitas yang riil. Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa fakta sosial dihasilkan oleh pengaruh dari fakta psikis (sui
generis).[1]
[1] Ritzer, George, TEORI
SOSIOLOGI Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern. Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2009.
2George Ritzer
dan Douglas J.Goodman. 2011. Teori Sosiologi. Jil 6. Bantul: Kreasi Wacana)